![]() |
Sumber: asianagri.com |
Industri sawit tergolong sebagai salah satu industri yang cukup berat untuk dijalani. Dominasi kaum pria terlihat hampir di semua sisi. Akan tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya berlaku di perusahaan Sukanto Tanoto seperti di Asian Agri. Meski bergerak dalam bidang perkebunan sawit, salah satu unit bisnis grup Royal Golden Eagle tersebut selalu memberi ruang bagi kaum perempuan.
Anisa Handayani adalah salah satu karyawan perempuan yang bekerja di Asian Agri. Jika melihat industri yang digeluti Asian Agri, keberadaan Anisa Handayani tentu terlihat tidak biasa. Perempuan kerap dianggap kurang cocok untuk bekerja dalam industri sawit. Meski demikian, perusahaan Sukanto Tanoto tidak memandang hal tersebut sebagai satu hal yang patut dipermasalahkan.
Anisa Handayani adalah salah satu karyawan perempuan yang bekerja di Asian Agri. Jika melihat industri yang digeluti Asian Agri, keberadaan Anisa Handayani tentu terlihat tidak biasa. Perempuan kerap dianggap kurang cocok untuk bekerja dalam industri sawit. Meski demikian, perusahaan Sukanto Tanoto tidak memandang hal tersebut sebagai satu hal yang patut dipermasalahkan.
Meniti Karier di Asian Agri
Perempuan dalam industri sawit memang bukan hal yang biasa. Masih cukup banyak orang yang menilai bahwa kebun sawit bukanlah tempat yang cocok untuk kaum perempuan. Meski demikian, Anisa Handayani tidak begitu menghiraukan hal tersebut dan menunjukkan hal yang sebaliknya.
Karier Anisa Handayani di Asian Agri dimulai beberapa saat setelah ia lulus dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 2012 lalu. Akan tetapi, diterima bekerja di perusahaan Sukanto Tanoto hanyalah sebuah awal. Sebelum bekerja secara permanen, ia harus mengikuti berbagai pelatihan seperti pelatihan manajemen perkebunan, pengendalian hama hingga pelatihan pelestarian alam.
Masa-masa pelatihan ia lewati dengan lancar. Setelah itu, Anisa Handayani pun ditempatkan di Departemen Environmental, Sustainability dan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai sustainability officer yang secara tidak langsung juga membuatnya sebagai perempuan pertama yang direkrut di departemen tersebut.
Penempatan Anisa Handayani di Departemen Environmental, Sustainability dan Corporate Social Responsibility (CSR) ini tidak lepas dari keinginannya sejak menjalani pelatihan. Sejak awal, ia memang berharap bisa ikut terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan.
Meski ditempatkan sebagai sustainability officer, bukan berarti Anisa Handayani selalu bekerja di dalam kantor. Ia justru lebih sering menghabiskan waktu kerjanya di perkebunan. Hal tersebut harus ia lakukan guna memastikan implementasi praktek pertanian yang berkelanjutan.
Bekerja di perkebunan yang begitu luas tentu bukan hal yang mudah untuk dijalani, terlebih bagi perempuan. Akan tetapi, hal tersebut tampaknya tidak sepenuhnya berlaku bagi Anisa Handayani. Selain itu, ia juga ikut terlibat dalam mengurus sertifikasi Indonesian Sustainability Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk perusahaan Sukanto Tanoto.
Nafas Emansipasi Wanita di Asian Agri
Perusahaan Sukanto Tanoto tidak terlalu mempermasalahkan gender dalam mempekerjakan ataupun menilai karyawannya. Profesionalitas adalah hal yang paling utama. Setiap karyawan dihargai sesuai dengan peran dan kontribusinya. Selama memiliki kemampuan, karyawan perempuan bisa saja ditempatkan dalam posisi tinggi.
Untuk menjamin kesetaraan gender di PT Asian Agri, perusahaan Sukanto Tanoto tersebut membentuk komite gender. Komite ini dibentuk untuk melindungi dan mengatasi isu yang berkaitan dengan gender. Tidak hanya itu saja, komite gender juga rutin menyelenggarakan sosialisasi dan seminar.
Meski perusahaan Sukanto Tanoto selalu mendorong kesetaraan gender, mengubah paradigma bahwa perempuan itu lemah dan tidak cocok bekerja di kebun bukanlah perkara yang sederhana. Anisa Handayani juga masih merasakan hal tersebut.
Ia terkadang masih dipandang sebelah mata. Meski demikian, ia tidak pernah menyerah dengan keadaan tersebut. Perusahaan Sukanto Tanoto juga selalu memberi fasilitas yang dibutuhkan untuk mewujudkan kesetaraan gender, khususnya dalam ruang lingkup internal perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar